Dampak Gigitan Aedes Agypti
Aedes
agypti merupakan jenis nyamuk yang menyebarkan virus melalui gigitan pada kulit
tubuh. Nyamuk aedes agypti biasanya mencari mangsa pada siang hari, mereka
mencari mangsa untuk memenuhi kebutuhan perkembangan telur nyamuk betina.
Nyamuk aedes agypti dapat mengakibatkan penyakit demam berdarah ( DBD ) dan
cikungunya. Esai ini membahas penyakit DBD dan cikungunya yang sebenarnya disebabkan
oleh virus yang berbeda, namun memiliki satu sumber penyebaran yaitu nyamuk
aedes agypti.
Nyamuk aedes agypti menyebarkan virus dengue yang
mengakibatkan seseorang terserang penyakit DBD. Penyakit DBD umumnya ditandai
dengan demam yang datang secara tiba –tiba yang terjadi dalam 2-7 hari disertai
timbulnya bintik – bintik merah pada kulit. Penderita DBD akan merasa sakit
perut disertai mual pada awal terjangkit virus ini. Penyakit ini memiliki
gejala klinis yang terbagi menjadi dua fase yaitu fase febris dan afebris (
krisis ). Pada fase febris penderita DBD akan merasa dehidrasi dan mengalami
kejang demam, namun saat memasuki fase afebris penderita akan mengalami
penurunan suhu. “ Turunnya panas pada demam berdarah bukan berarti penyakit
sembuh. Banyak yang keliru mengira penderita sudah sembuh karena demamnya sudah
turun, padahal bisa saja saat itu sedang tejadi penurunan trombosit dan
berkurangnya cairan didalam sel tubuh “ menurut ginanjar genis ( 2006 : 134 ).
Jika hal tersebut dibiarkan
penderita akan mengalami gangguan fungsi multi organ mengakibatkan kematian.
Cikungunya termasuk penyakit yang
disebabkan oleh virus cikungunya yang disebarkan oleh nyamuk aedes agypti. Pada
umumnya gejala penyakit cikungunya sama seperti penyakit DBD. Namun dampak
penyakit ini lebih cepat dirasakan dibandingkan dengan penyakit DBD yang disebabkan
oleh virus dengue. Penyakit cikungunya di awali dengan demam tinggi sekitar 39
C. Gejala khas penyakit cikungunya adalah
nyeri pada persendian otot, mulai dari nyeri ringan hingga nyeri berat yang
dapat mengakibatkan penderita tidak dapat berjalan. Rasa nafsu makan pun akan
hilang jika penderita positif terinfeksi virus cikunguya. Ruam merah pada penyakit Chikungunya agak
berbeda dengan penyakit DBD, pada penyakit Chikungunya ruam merahnya lebih
melebar dan sedikit timbul sehingga kulit terasa sedikit lebih tebal dari
keadaan normal. Penyakit cikungunya tidak berpotensi berakhir dengan kematian
tetapi penyakit ini dapat mengakibatkan kelumpuhan permanen pada penderita jika
tidak segera diatasi.
Penyakit - penyakit yang ditimbulkan
oleh gigitan nyamuk aedes agypti mamiliki dampak dan gejala yang berbeda –
beda. ( Uyainah Anna, 2010 : 12 ) menjelaskan, “ Istirahat dan asupan cairan
yang cukup merupakan dua hal yang sangat penting dapat dilakukan untuk
mengatasi pasien DBD dan cikungunya. Bila pasien tidak dirawat sebaiknya minum
setiap satu jam sekali sebanyak satu gelas, tapi bila tidak memungkinkan minum
sebanyak itu lebih baik penderita dirawat untuk diberikan cairan melalui
infuse”. Meskipun penyakit cikungunya tidak berdampak pada kematian tetapi
tetap saja harus diwaspadai.
DAFTAR
PUSTAKA
Ginanjar, genis.
2006. Demam Berdarah. Bandung: PT
Mizan.
Uyainah,
Anna. 2010. http://esq-news.com/kesehatan/2010/01/12/1227/mengenal-demam-berdarah-dan-chikungunya.html.
Diakses tanggal 24 Desember 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar